
Di tengah dunia yang kian ramai dengan hiruk pikuk informasi dan hiburan, ada satu momen yang menggugah batin dan menyejukkan jiwa—yaitu saat seorang anak dinobatkan sebagai penghafal Al-Qur’an. Momen wisuda para hafidzh dan hafidzhah, atau Haflah Qur’an yang diikuti oleh 101 peserta Penghafal Qur’an, baru saja dilaksanakan (Sabtu, 03 Mei 2025) oleh Sekolah Islam Terpadu (SIT) Qurrota ‘Ayun bersama Pondok Tahfidz Papua Madani Boarding School (PMBS) adalah bukti nyata bahwa Kalamullah masih hidup di dada-dada generasi muda kita, menuntun dan memuliakan mereka yang menjaganya.
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
Ayat ini menjadi janji Allah bahwa Al-Qur’an akan tetap terjaga keasliannya. Dan para penghafal Al-Qur’an adalah wasilah dijaganya kalam Ilahi di muka bumi ini.
Menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan yang tidak ringan. Ia menuntut kesabaran luar biasa, disiplin tinggi, serta keikhlasan yang terus dipupuk. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata:
“Aku mengadukan kepada Waki’ (Gurunya Imam Safi’i) buruknya hafalanku, maka ia menasihatiku: ‘Tinggalkanlah maksiat. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.’”
Para penghafal Al-Qur’an senantiasa berlatih menjaga pandangan, tutur kata, hingga, akhlak dan pergaulan. Semua itu dilakukan demi menjaga kesucian hati tempat Al-Qur’an bersemayam.
Satu hal yang senantiasa menjadi motivasi bagi mereka untuk bersabar melakukan ini semua adalah berkenaan dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Penghafal al-Quran akan datang pada hari Kiamat, kemudian al-Quran berkata,‘Wahai Rabbku, bebaskanlah dia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Quran kembali meminta,‘Wahai Rabbku, tambahkanlah.’ Maka orang itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian al-Quran memohon lagi,‘Wahai Rabbku, ridhailah dia.’ Maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu,‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat Surga),’ dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2915)
“Siapa yang membaca al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya,‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab,‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Quran’.” (HR. Al-Hakim no. 2132)
Itulah sebabnya momen setiap kali acara seperti ini, ketika orang tua menyaksikan putra-putri kebanggaannya naik ke atas panggung dan menggunakan mahkota simbolik, sering menguras air mata. Ini bukan sekadar prosesi, tapi pengingat akan mahkota kemuliaan yang dijanjikan di akhirat.
Zaid bin Tsabit RA adalah salah satu sahabat Nabi Saw. yang hafal Al-Qur’an dan dipercaya untuk menuliskannya. Ia menjadi bagian penting dalam kodifikasi mushaf di masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Kisahnya mengajarkan bahwa para penghafal Al-Qur’an memiliki tanggung jawab besar—bukan hanya menghafal, tapi juga menjaga kebenaran dan menyebarkannya.
Sahabat Umar bin Khattab RA sendiri sangat menghormati para penghafal Qur’an. Ia memberi kedudukan istimewa dalam barisan jihad kepada mereka yang hafal Al-Qur’an, karena ia tahu, mereka membawa Kalamullah dalam dada-dada mereka.
Wisuda para penghafal Qur’an adalah momen yang seharusnya menginspirasi kita semua dan umat. Bahwa meski zaman berubah, kemuliaan Al-Qur’an tetap abadi. Para hafidzh adalah lentera-lentera cahaya yang menjaga nilai-nilai Islam tetap hidup.
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Sekolah/Pondok tahfidzh bukan hanya tempat belajar, tapi benteng iman di zaman fitnah ini. Mereka yang mendukung lahirnya para penghafal—baik sebagai guru, orang tua, atau Pengelola Sekolah/Pondok—adalah bagian dari perjuangan ini.
Dalam dunia yang haus akan keteladanan, para penghafal Al-Qur’an adalah bintang-bintang penuntun. Mari dukung mereka. Mari kita jaga semangat mencintai, membaca, dan menghafal Al-Qur’an mereka. Sebab di antara mereka insyAllah ada calon imam, pemimpin umat, pemimpin negeri, dan pembawa rahmat bagi dunia, apapun profesinya kelak. Karena siapa pun yang bersahabat dengan Al-Qur’an, akan dijaga Allah di dunia dan dimuliakan di akhirat.
“Orang yang membaca al-Quran sementara ia telah menghafalnya, maka ia bersama para Malaikat yang baik dan mulia.” (HR. Al-Bukhari no. 4653)
Semoga kita semua, meski belum mampu menghafal seluruhnya dari Al-Qur’an, dapat menjadi bagian pejuang dari jalan cahaya ini. Menjadi sahabat Al-Qur’an, mencintai-nya, menghafalkan-nya, dan mengamalkan-nya, hingga meraih mahkota-Nya.
Oleh: Firdaus
Komentar Terbaru